Senin, 28 Februari 2011

LAILAHAILLALLOH

Ketika pintu taubat tertutup*
ALLAH SWT selalu membuka pintu taubat utk hamba"-NYA.
Namn pintu taubat akn tertutup dlm 2 ke ada an :


1.Ketika nyawa manusia sdh berada di tenggorokan
   Rasulullah bersabda."Sesungguh nya ALLAH yg Maha Mulia lagi Maha Agung menerima tau at seseorg          sblm nyawanya sampai di tenggorokan HR Tirmidzi)
2.Ketika matahari terbit dari tempat terbenam nya Rasulullah bersabda ,"Barang siapa bertobt sblm matahari      terbit dari barat niscaya niscaya ALLAH menerima taubat nya (HR Muslim)


ALLAH berfirman ," Yg mereka nanti"tdk lain hanyalah ke datangan malaikat kpd mereka atw ke datangan Tuhan mu ,pd hari dtg nya se bagian tanda" Tuhan mu tdk lah bermanfaat lagi iman se seorg bagi dirinya sendiri yg blm ber imansblm itu atw dia ( belum) mengusaha kan ke baik kan dlm masa iman nya ,Kata kan lah ;tunggu lah oleh mu se sungguh nya kami pun menunggu(pula) ,"
(Qs Al-An 'am {6} :158).
 

Kamis, 24 Februari 2011

LAILAHAILLALLOH


 
Perbuatan Aneh Kedua Yang dilihat N Musa AS. 

Dan permohonan Nabi Musa AS pun dikabulkan atas pelanggaran persyaratan UTAMA jika seseorang hendak belajar Ilmu Khusus, yakni mesti bersabar untuk tidak bertanya jika mendapati sesuatu yang di luar hukum biasa.
Dan Alloh pun melanjutkan firmanNya kepada Nabi Muhammad SAW tentang Musa dan hamba yang dianugrahi rahmat khusus itu.
“FANTHOLAQO – HATTAA ALQIYA GHULAAMAN FAQOTALAHU – QOLA AQOTALTA NAFSAN ZAKIYYATAN BI GHOIRI NAFSIN LAQOD JI-TA SYAI-AN NUKROO. – QOLA ALAM AQULLAKA INNAKA LAN TASTATI’A MA’IYA SHOBRON SA-ALTUKA ‘AN SYAI’IN BA’DA HAA FALAA TUSHOOHIBNII QODBALAGHTA MIN LLADUNNII ‘UDROON”.
Artinya : maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidir membunuhnya.
Musa berkata, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan perbuatan yang mungkar !”
Khidir berkata : ” Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat bersabar bersama ku”.
Musa pun berkata,” Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku”.
Dari ayat Qur’an di atas sudah cukup jelas bagi orang-orang berfikir lurus, didalamnya ada makna-makna yang terang dikandungnya.
Setelah turun dari Kapal, Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS keduanya berjalan sampai pada suatu kampung namanya AILAH, lalu dikampung itu Nabi Khidir As dan Nabi Musa As bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain. Anak laki-laki kecil ini sedang bermain dengan 10 anak lainnya.
Diantara sepuluh anak itu ada seorang anak laki-laki yang ganteng, cakep yang namanya diketahui adalah “KHASNUD” bapaknya bernama MALASUN dan IBUnya bernama ROHMATUN.
Lalu anak kecil yang cakep dan ganteng itu ketika sedang bermain dipegang dan dibunuhnya oleh Nabi Khidir AS.
Dalam sebuah kitab tafsir tangan Nabi Khidir As membunuh anak itu dengan jari-jari nya yang menembus pusernya hingga mati.
Nabi Musa AS, yang telah faham hukum syariat/lahir pun sangat terkejut dan menahan diri untuk bertanya dengan lisannya dan berkata dalam hatinya, ” Anak kecil yang belum punya dosa, belum baligh kok dibunuh”.
Padahal hukum syariat menyatakan,” Diangkat kewajiban atas orang itu tiga, satu Orang tidur sehingga dia bangun, dua orang gila hingga dia sembuh dan tiga Anak-anak hingga baligh/dewasa”.
Dan didalam Taurot pun ada hukum bahwa Alloh berfirman,”Aku wajibkan atas Bani Isroil, sesungguhnya siapa yang membunuh manusia yang tidak karena membunuh orang lain atau tidak membuat kerusakan di bumi maka seakan-akan membunuh manusia seluruhnya.”
Begitulah di dalam batin Nabi Musa As. terjadi pertentangan hebat dengan apa yang selama ini dia ketahui, akhirnya Nabi Musa pun tidak bisa menahan suara batinnya lalu berkata, “Mengapa kamu ( Nabi Khidir As ) membunuh jiwa yang bersih, bukan karena membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”
Kita tahu apa persyaratan yang mesti ditaati oleh Nabi Musa As. selama berguru kepada Nabi Khidir As.?
Tidak boleh bertanya akan sesuatu apapun sampai datang penjelasan dari Nabi Khidir ( Sang Guru) kepada Nabi Musa As. (Murid).
Tetapi ternyata Nabi Musa As. telah melanggar dua kali atas persyaratan yang telah ditetapkan diawal pertemuan kedua mereka itu.
Disinilah letaknya apa yang mesti kita ambil pelajaran ketika kita telah memasuki pelajaran Ilmu Khusus yang mesti kita pelajari bersamaan dengan Ilmu Syariat.
Bagaimana sikap Sang Guru Nabi Khidir As. atas pelanggaran yang kedua muridnya ( Nabi Musa As.)?
Nabi Khidir pun berkata , ” Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat bersabar bersama ku”
Ketika Nabi Musa ditegur Nabi Khidir demikian Nabi Musa baru tersadar bahwa ia telah melanggar aturan belajar Ilmu Khusus kepada Nabi Khidir AS, lalu berkata, ” Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku”.
Dan Nabi Khidir masih memaafkan Nabi Musa dan memberikan kesempatan satu kali lagi sesuai permintaan Nabi Musa AS. Dan perjalananpun dilanjutkan ke kampung yang lain. Nabi Musa AS terus mengingat-ingat akan persyaratan belajar Ilmu pada Nabi Khidir AS. Dan dia tinggal punya satu kesempatan lagi.
Dari kejadian kedua ini telah tampak begitu sulitnya menselaraskan pengetahuan yang sudah tertanam sebelum nya tentang Ilmu/Hukum tata lahir, yang nampak-nampak dengan Ilmu Tata Batin, Ilmu yang tersembunyi. Sampai-sampai Nabi Musa pun telah melanggar dan lalai untuk yang kedua kalinya.
Adakah diantara kita yang masih berhenti pada belajar Ilmu Tata lahir saja?
Atau ada juga diantara kita orang yang telah mengikuti jejak Nabi Musa untuk belajar Ilmu Khusus, Ilmu yang tersembunyi.
Mudah mudahan pada lanjutan kisah yang ke-7 sauadara-saudara ku akan semakin faham dan tergerak akan perintah yang terkandung dalam kisah ini.
 

LAILAHAILLALLOH





Bismillahirrohmanirrohiim
Kisah Pertemuan Nabi Musa Dengan Nabi Khidir (7).
Kejadian Aneh Ketiga, Nabi Khidir Menegakkan Tembok Yang Mau Roboh
Selanjutnya Alloh berfirman tentang kisah Musa dan Khidir kepada Nabi Muhammad SAW : “FANTHOLAQO HATTAA IDZAA ATAYAA AHLA QORYATI NISTATHO`MA AHLAHAA – FA-ABUU AN YUDLOYYIFUU HUMA FAWAJADAA FIIHAA JIDAARON YURIIDU AN YAN QODL DLO FA AQOOMAHU – QOLA LAU SYI’TA LA TAKHODZ-TA ALAIHI AJRON “(QS.AL KAHFI 77).
Artinya :
Maka keduanya berjalan hingga tatkala sampai keduanya kepada suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Kemudian Musa berkata,”Jika kamu mau, niscaya kamu bisa mengambil upah untuk itu”.
Inilah kejadian aneh ketiga dan terakhir sebagai tonggak perpisahan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS sesuai kesepakatannya.
Kejadian ketiga ini dikisahkan setelah kedua hamba Alloh itu berjalan sampai suatu kota yang diketahui bernama INTIQOYAH ( dalam Qur’an disebut ATAYAA) dan waktu masuk kota itu waktunya menjelang Maghrib.
Ketika memasuki kota Intiqoyah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS mendapati warga kota sedang menghidangkan makanan kepada para keluarganya.
Padahal Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS habis berjalan jauh seharian dalam kondisi capai, letih , lesu dan lapar dan lagi perbekalan makanan maupun yang lain telah habis selama perjalanan sebelumnya. Makanan habis dan uang tidak punya, perjalanan jauh, hati gelisah karena bertemu bermacam masalah. Lalu Nabi Khidir mengajak Nabi Musa AS bertamu dan ternyata tak ada satupun warga kota yang menerimanya, ditolak. Tak ada warga kota yang mau ditamui. Padahal keduanya adalah hamba-hamba Alloh yang sholih, bijaksana dan berilmu tinggi mereka warga kota tak ada yang peduli. Dalam hati keduanya padahal sudah penuh harapan, pasti warga kota yang makmur ini akan menjamu mereka dengan menghidangkan makanan yang enak sehingga bisa menghilangkan haus dan lapar, letih lesu selama sehari itu. Menyambung kekuatan.
Akhirnya kedua hamba Alloh itu berjalan terus dari rumah kerumah dan sampailah keduanya bertambah letih dan lesu maka keduanya istirahat di bawah bayangan tembok suatu rumah, dimana tinggi tembok itu 30 dziya’ dan panjangnya 500 dziya’ kondisinya sudah akan roboh.
Lalu Nabi Khidir AS mengajak Nabi Musa AS untuk menegakkan tembok yang akan roboh tersebut. Ketika Nabi Khidir AS mengajak Nabi Musa AS untuk menegakkan tembok itu, Nabi Musa berkata, ” Semua warga kota ini menolak ditamui dan tidak memberi makanan pada kita, tidak berperikemanusiaan, tetapi mengapa temboknya orang-orang yang demikian akan ditegakkan pada kita dalam kondisi haus lapar dan sangat letih. Kalau menegakkan dan diberi upah tidak apa-apa, bisa untuk menghilangkan lapar dan haus. Mestinya orang-orang warga kota yang seperti itu tidak perlu kita berbuat baik pada mereka, apa perlunya menegakkan tembok, sedang orang-orangnya sangat tega terhadap kita”.
Mendengar perkataan Nabi Musa AS yang demikian Nabi Khidir tetap bekerja diatas rasa haus yang sangat dan lapar yang sangat lapar pula dan setelah itu Nabi Khidir berkata, ” QOOLA HAADZAA FIRQOKU BAINI WA BAINIKA SA-UNAB BIUKA BITA’WIILI MAA LAM TASTATHI’ ‘ALAIHI SHOBRON”.
Artinya : Khidir berkata,” Musa!
Saat inilah waktu kita pisah ( antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ) dan sebelum pisah dengan anda akan saya ceritakan apa yang menjadi rahasia semuanya dari apa yang saya lakukan tadi. Dan akan saya ceritakan yang menjadikan kamu tidak bisa bersabar”.(QS.Al Kahfi 78).
Nabi Khidir AS sangat menepati janjinya, tidak sayang kehilangan muridnya yang pandai seperti Nabi Musa AS. Kalau tidak bisa mengikuti persyaratan dalam menempuh Ilmu Khusus, ya siapa saja harus pisah, berhenti.
Demikian pula Nabi Musa AS sangat sadar atas kesalahannya itu yang telah tanpa disadari berlaku tiga kali. Nabi Musa AS sangat cukup mendapat pelajaran dari perjalanan ini.
Dan untuk mengetahui rahasia dibalik peristiwa aneh ikuti “Kisah Pertemuan Nabi Musa As dan Nabi Khidir AS ke 8

 
LAILAHAILLALLOH





Perbuatan Aneh Kedua Yang dilihat N Musa AS. 
Dan permohonan Nabi Musa AS pun dikabulkan atas pelanggaran persyaratan UTAMA jika seseorang hendak belajar Ilmu Khusus, yakni mesti bersabar untuk tidak bertanya jika mendapati sesuatu yang di luar hukum biasa.
Dan Alloh pun melanjutkan firmanNya kepada Nabi Muhammad SAW tentang Musa dan hamba yang dianugrahi rahmat khusus itu.
“FANTHOLAQO – HATTAA ALQIYA GHULAAMAN FAQOTALAHU – QOLA AQOTALTA NAFSAN ZAKIYYATAN BI GHOIRI NAFSIN LAQOD JI-TA SYAI-AN NUKROO. – QOLA ALAM AQULLAKA INNAKA LAN TASTATI’A MA’IYA SHOBRON SA-ALTUKA ‘AN SYAI’IN BA’DA HAA FALAA TUSHOOHIBNII QODBALAGHTA MIN LLADUNNII ‘UDROON”.
Artinya : maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidir membunuhnya.
Musa berkata, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan perbuatan yang mungkar !”
Khidir berkata : ” Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat bersabar bersama ku”.
Musa pun berkata,” Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku”.
Dari ayat Qur’an di atas sudah cukup jelas bagi orang-orang berfikir lurus, didalamnya ada makna-makna yang terang dikandungnya.
Setelah turun dari Kapal, Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS keduanya berjalan sampai pada suatu kampung namanya AILAH, lalu dikampung itu Nabi Khidir As dan Nabi Musa As bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain. Anak laki-laki kecil ini sedang bermain dengan 10 anak lainnya.
Diantara sepuluh anak itu ada seorang anak laki-laki yang ganteng, cakep yang namanya diketahui adalah “KHASNUD” bapaknya bernama MALASUN dan IBUnya bernama ROHMATUN.
Lalu anak kecil yang cakep dan ganteng itu ketika sedang bermain dipegang dan dibunuhnya oleh Nabi Khidir AS.
Dalam sebuah kitab tafsir tangan Nabi Khidir As membunuh anak itu dengan jari-jari nya yang menembus pusernya hingga mati.
Nabi Musa AS, yang telah faham hukum syariat/lahir pun sangat terkejut dan menahan diri untuk bertanya dengan lisannya dan berkata dalam hatinya, ” Anak kecil yang belum punya dosa, belum baligh kok dibunuh”.
Padahal hukum syariat menyatakan,” Diangkat kewajiban atas orang itu tiga, satu Orang tidur sehingga dia bangun, dua orang gila hingga dia sembuh dan tiga Anak-anak hingga baligh/dewasa”.
Dan didalam Taurot pun ada hukum bahwa Alloh berfirman,”Aku wajibkan atas Bani Isroil, sesungguhnya siapa yang membunuh manusia yang tidak karena membunuh orang lain atau tidak membuat kerusakan di bumi maka seakan-akan membunuh manusia seluruhnya.”
Begitulah di dalam batin Nabi Musa As. terjadi pertentangan hebat dengan apa yang selama ini dia ketahui, akhirnya Nabi Musa pun tidak bisa menahan suara batinnya lalu berkata, “Mengapa kamu ( Nabi Khidir As ) membunuh jiwa yang bersih, bukan karena membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”
Kita tahu apa persyaratan yang mesti ditaati oleh Nabi Musa As. selama berguru kepada Nabi Khidir As.?
Tidak boleh bertanya akan sesuatu apapun sampai datang penjelasan dari Nabi Khidir ( Sang Guru) kepada Nabi Musa As. (Murid).
Tetapi ternyata Nabi Musa As. telah melanggar dua kali atas persyaratan yang telah ditetapkan diawal pertemuan kedua mereka itu.
Disinilah letaknya apa yang mesti kita ambil pelajaran ketika kita telah memasuki pelajaran Ilmu Khusus yang mesti kita pelajari bersamaan dengan Ilmu Syariat.
Bagaimana sikap Sang Guru Nabi Khidir As. atas pelanggaran yang kedua muridnya ( Nabi Musa As.)?
Nabi Khidir pun berkata , ” Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat bersabar bersama ku”
Ketika Nabi Musa ditegur Nabi Khidir demikian Nabi Musa baru tersadar bahwa ia telah melanggar aturan belajar Ilmu Khusus kepada Nabi Khidir AS, lalu berkata, ” Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku”.
Dan Nabi Khidir masih memaafkan Nabi Musa dan memberikan kesempatan satu kali lagi sesuai permintaan Nabi Musa AS. Dan perjalananpun dilanjutkan ke kampung yang lain. Nabi Musa AS terus mengingat-ingat akan persyaratan belajar Ilmu pada Nabi Khidir AS. Dan dia tinggal punya satu kesempatan lagi.
Dari kejadian kedua ini telah tampak begitu sulitnya menselaraskan pengetahuan yang sudah tertanam sebelum nya tentang Ilmu/Hukum tata lahir, yang nampak-nampak dengan Ilmu Tata Batin, Ilmu yang tersembunyi. Sampai-sampai Nabi Musa pun telah melanggar dan lalai untuk yang kedua kalinya.
Adakah diantara kita yang masih berhenti pada belajar Ilmu Tata lahir saja?
Atau ada juga diantara kita orang yang telah mengikuti jejak Nabi Musa untuk belajar Ilmu Khusus, Ilmu yang tersembunyi.
Mudah mudahan pada lanjutan kisah yang ke-7 sauadara-saudara ku akan semakin faham dan tergerak akan perintah yang terkandung dalam kisah ini.
 

 
LAILAHAILLALLOH




Bismillahirrohmaanirrohiim
Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS(5)
Dengan namaMu yang maha Welas dan maha Asih, kulanjutkan cerita yang baik ( Ahsanul Qoshosh) dari kitabMu yang mulia tentang Nabi Musa dan Nabi Khidir.
Perjalanan Nabi Musa Bersama Hamba Alloh yang digelari Khidir :
Maka setelah Nabi Musa sepakat dengan Bun-ya keduanyapun berjalan menuju tepi laut. Sedang Yusya tidak ikut bersama Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS.
Kedua orang itu ( Musa dan Bun-ya) naik perahu, yang kebetulan ada sebuah perahu baru dan kuat sedang lewat, mengantar menyebrangkan orang-orang dari Lautan Asin melewati Lautan yang tawar airnya. Ya, Lautan Persia dengan Lautan Romawi.
Dengan dialognya :
Musa AS : Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku Ilmu yang benar dari Ilmu yang telah Alloh ajarkan kepada mu?
Bun-ya : Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama ku, Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.
Musa AS: Insya Alloh kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.
Bun-ya : Jika kamu mengikutiku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku menjelaskan kepadamu(Al Kahfi 66-71).
Nabi Khidir membocorkan Perahu :
Keduanya naik kedalam perahu, yang kebetulan waktu itu ada perahu yang baru dan kuat sedang lewat, menyebrangkan orang-orang antara Lautan asin ke Lautan Tawar, antara Lautan Persia ke Lautan Romawi.
Rupanya pengemudi/nakoda perahu itu mengetahui bahwa terlihat olehnya kedua orang Musa dan Bun-ya adalah orang-orang bijaksana, maka tidak perlu membayar ongkos perahu. Ketika kedua orang itu dipersilahkan masuk dan duduk kemudian di dalam perahu Bun-ya berkata kepada Musa dengan perkataannya, ” Musa apakah kamu mau saya beri tahu cerita tentang omongan hati kamu sekarang?”
Musa menjawab, “Ya…” Kemudian Bun-ya alias Nabi Khidir berkata,” Hati kamu itu menggerutu dengan berkata,’ bahwa saya di Bani Isroil tidak seperti ini, saya setiap hari pagi siang dan sore menghadapi ummatku dan saya diikuti, ditaati mereka. Tiap hari saya membaca kitab Taurot” kemudian Nabi Musa berkata, ” Lho kok benar, persis apa yang saya katakana dalam hatiku”. Demikian Nabi Khidir dianugrahi Alloh bisa membaca/mendengar pembicaraan hati orang lain. Jadi hati Nabi Musa yang dibaca.
Di tengah-tengah naik perahu yang tanpa biaya itu Nabi Khidir AS mengambil kapak; papan / kayu kapal-perahu dikapak sehingga sehingga airnya masuk ke dalam perahu.
” HATTAA IDZAA ROKIBAA FIS SAFIINATI KHOROQOHAA” Alkahfi 71,
Artinya :
” Hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya”.
Mengetahui hal itu Nabi Musa AS, terheran-heran dan kaget sekali dan berkata dalam hatinya, “Naik perahu sudah tidak membayar, mestinya bersyukur malah tangannya dibuat merusak perahu. Kalau perahu ini jadi satu-satu nya sumber pencaharian si pemiliknya kan jadi menyusahkan dan orang-orang yang dalam perahu itu bisa tenggelam semua. Setelah bicara dalam hati tidak tahan akhirnya Nabi Musa berkata, “QOOLA AKHOROQTAHAA LITUGHRIQO AHLAHAA LAQOD JIKTA SYAI-AN IMROON”Alkahfi:71. Artinya: Musa berkata : Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya…. Sesungguhnya kamu sudah berbuat KESALAHAN yang besar”.
Nabi Khidir pun menjawab :QOOLQ ALAM AKUL INNAKA LAN TASTATHII’A MA’IYA SHOBRON.Al Kahfi:72.
Artinya : Khidir berkata : Bukankah aku telah berkata sesunguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.
Setelah itu Nabi Musa ingat kalau syaratnya mengikuti Nabi Khidir itu tidak boleh bertanya selama perjalanan itu.Kemudian Nabi Musa berkata lagi kepada nabi Khidir, “QOOLA LAA TUAAKHIDZNII BIMAA NASIITU WALAA TURHIQNII MIN AMRI ‘USROON. Alkahfi: 73. Arinya : Musa Berkata.” Janganlah kamu menghukum saya karena kelupaanku, dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
Hendaklah di-angan-angan..!
Inilah perbedaan-nya Ilmu tata lahir dan Ilmu tata Bathin, Ilmu Khusus.
Ini contoh yang sangat JELAS, mengapa di antara para pembaca Kitab yang haq ini masih ada yang menganggap ini cuma dongeng, dan tak bermaksud apa-apa bagi umat Muhammad SAW.
Perhatikanlah, kalau menurut Ilmu tata Lahir, ..” ditolong orang itu harusnya berterimakasih, sedangkan merusak perahu orang yang bisa menenggelamkan orang banyak dan kalau sampai orang-orangnya mati itu kan perbuatan dholim, tidak tahu terima kasih.
Tapi kenyataanya yang dilakukan oleh hamba Alloh yang diberi Rohmat khusus dan diberi Ilmu langsung dari Alloh tidak begitu.
Berhubung Nabi Musa As masih dalam tataran Ilmu Tata Lahir, maka dia bertanya padahal bertanya itu larangan. Mengapa ? karena akal dan jiwa berontak, tidak kuat menahan apa yang ia ketahui.
Selanjutnya kita ikuti, perbuatan aneh kedua yang dilakukan Nabi Khidir pada kisah Nabi Musa dan Khidir ke-6

 
LAILAHAILLALLOH




FAWAJADA ABDAN MIN IBAADINAA AATAINAAHU ROMATAN MIN`INDINAA WA`ALLAMNAAHU MIN LADUNNA `ILMAN. Artinya : Maka (Musa dan Yusya) bertemu hambaKu diantara hamba-hambaku yang Aku beri ROHMAT khusus kepadanya dan yang Aku ajarkan kepada Ilmu dari Ilmu-Ilmu Alloh ( Ilmu Laduni).QS Al Kahfi 65. Setelah Nabi Musa AS bersama Yusya berjalan menyusuri tapak kaki mereka akhirnya sampai kembali ke tempat Batu Besar Shokhro yang didekatnya ada Sumber Air Kehidupan (Maul Hayat) dan didekat batu itu telah ada seorang hamba Alloh yang dijanjikan bertemu dengan Musa AS. Padahal pada kali yang pertama datang ditempat itu bahkan sampai tertidur lama ditempat itu tidak didapat hamba Alloh tersebut. Siapakah hamba Alloh yang telah mendapat Rohmat khusus dan Ilmu langsung dari sisi Alloh? Dia adalah Bun-ya putra Malkan bin Amir. Amir putra dari Sholikh putra Arfakhsyad putra dari Syam bin Nabi Nuh As. Bun-ya bin Malkan ini pada akhirnya dikenal oleh kita namanya Nabi Khidir, meskipun Al-Qur`an hanya menyebut secara umum ” HambaKU diatara hambaKu yang telah mendapat ROHMAT khusus dan diajari Ilmu Alloh langsung.
Tentang Ilmu Laduni / Ilmu Ghoib.
Dari kata “Ladunna Ilman” ini kemudian muncul kata-kata Ilmu Ladunni dan orang banyak mengatakan bahwa Ilmu Ladunni adalah Ilmu yang datang langsung dari Alloh tanpa melalui malaikat Jibril AS.
Dan semua orang bisa mendapatkan Ilmu Ladunni ini.
Adapun Ilmu yang tergolong kelompok Ilmu ini ada juga disebut Ilmu Warotsah dan Ilmu Firotsah. Ilmu-ilmu ini tidak dapat dipelajar.
Yang ada dalam kitab-kitab adalah bagaimana cara mencapai Ilmu Ladunni itu.Bukan ilmu ladunni itu sendiri. Ilmu Ladunni adalah ilmu pemberian dari Alloh langsung.
Mengapa Bun-ya bin Malkan dikenal dengan sebutan Khidlir?
Bun-ya disebut Khidlir karena pada awalnya setiap kali Bun-ya Sholat maka keadaan sekeliling nya mejadi terlihat bersinar hijau.
Hijau bahasa arab-nya AHDLORU, kemudian menjadi Khidlir.
Demikian Syaikh Muchammad Muchtar bin Abdul Mu’thi menerangkan dalam kitab Ma’ul Hayat-nya.
Setelah Nabi Musa AS bertemu dengan Bun-ya maka Nabi Musa menyampaikan salam, “Assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh” dan dijawab oleh hamba Alloh yang sedang duduk itu dengan suara yang rendah,” Bi Adrikas Salam”.
Kemudian Nabi Musa berkata,” Saya ini Musa”.
Bun-ya kembali menegaskan,” Apakah kau Musa bani Isroil…?”
Musa jawab,” Ya, saya Musa bani Isroil…”
Bun-ya bertanya lagi,” Musa ?, Bukankah kamu itu orang yang di Bani Isroil orang sangat sibuk mengurus umat yang begitu banyak ? mengapa sampai disini ?”
Musa menjawab,”Wahai hamba Alloh, memang aku datang ke tempat kamu ini diperintah Tuhanku untuk menemui kamu. Karena sesungguhnya Tuhanku menyuruh aku belajar Ilmu kepada kamu”.QOOLA INNA ROBBI ARSALANI ILAIKA BIT TABI’IKA WA TA’ALLAMU ILAIKA.
Setelah Musa berkata begitu, ada seekor burung menyahut air dilautan, lalu air itu menetes dihadapan Nabi Musa dan Bun-ya. Dan Bun-ya pun berkata, ” Musa,…ilmu saya dan ilmu kamu serta ilmu seluruh manusia di bumi ini dari awal sampai akhir itu hanyalah seperti setetes air yang jatuh dihadapan kita dari burung tadi dibanding dengan air lautan yang terbentang di muka bumi ini.
Dan kamu Musa bukankah pernah berkata bahwa INNAKA A’LAMU AHLAL ARDLI – Aku ini lebih pandai dari semua manusia di bumi ?”
Mendengar perkataan yang tajam seperti diatas Nabi Musa AS terdiam saja, karena dalam hatinya meng-iya-kan bahwa dirinya pernah berkata begitu, yang dengan itulah membuat Alloh menyuruhnya belajar kepada Bun-ya di tempat ini.
Setelah Nabi Musa merasa yakin dengan orang yang ada dihadapannya adalah orang di maksud oleh Tuhannya maka Nabi Musa pun memohon keridloan kepada Bun-ya untuk berguru kepada nya dengan berkata :
QOOLA LAHUU MUSA, HAL AT TABI’UKA’ALAA AN TU’ALLIMANI MIMMA ‘ULIMTA RUSYDAAN(66) QOOLA INNAKA LAN TASTATI’A MA’IYA SHOBRON(67) WAKAIFA TASHBIRU’ALAA MALAM TUKHITH BIHI KHUBROON (68) QOOLA SATAJIDUNII INSYA ALLOOHU SHOOBIRON WALAA A’SHII LAKA AMRON(69).
Artinya :
Musa berkata,” Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepada ku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah Alloh ajarkan pada kamu…”
Jawab hamba Alloh itu,” Sesungguhnya kamu Musa sekali-kali tidak sanggup sabar bersama ku.Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.”
Musa pun menjawab,” Insya Alloh kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan tidak akan menentang kamu dalam sesuatu urusanpun”
Kemudian Musa bertanya, ” Kalau aku sanggup mengikuti kamu, apakah persyaratannya ?”
Dan dijawab oleh Bun-ya, “QOOLA FAINIT TABA’TANII FALAA TAS ALNII’ANSYAI-IN HATTA UHDITSA LAKA MINHU DZIKROON” (70).
“Jika kamu mengikuti ku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”
Kawan perhatikanlah persyaratannya belajar Ilmu Khusus ini yang disampaikan oleh Alloh kepada kita melalui kutipan perkataan Nabi Khidlir.
Syaratnya adalah JANGANLAH BERTANYA ATAS SESUATU APAPUN YANG MENGUNDANG INGIN TAHU SAMPAI SANG GURU MEJELASKAN NYA SENDIRI KEPADA SI MURID” perhatikanlah ini. Jangan lupa ya.
Sekarang pertanyaan untuk kita adalah apakah Cerita ini hanya dongeng saja tentang adanya Ilmu khusus. Padahal dongeng itu ditulis dalam Qur’an Al Huda.
Tidakkah kita dibimbing dengan kisah ini untuk juga belajar Ilmu khusus?
Dan juga diberitahu secara gamblang bagaimana adabnya seorang murid belajar tentang Ilmu Khusus ini.
Adakah yang tergerak menjadi Musa-musa berikutnya mencari sosok Khidir?
Atau biarlah kisah ini berlalu saja tanpa ada sesuatu apapun yang kita lakukan dari pelajaran yang terkandung didalamnya. Biarlah jadi dongeng pengantar tidur sang Ibu bagi putra-putrinya. Mari kita pertanyakan pada diri kita yang terdalam.
Inilah perbedaannya, antara tatacara belajar Ilmu tata lahir dengan Ilmu Khusus tata bathin.
Ilmu Tata Lahir syaratnya harus bertanya bila ada sesuatu yang tidak diketahui.
FAS ALUU AHLADZ DZIKRI INKUNTUM LA TA’LAMUUN”
Artinya : Maka bertanyalah kamu kepada Ahli Ilmu, jika kamu tidak mengetahui” QS.An Nahl/43).
Bertanya adalah melaksanakan perintah Alloh. Kalau tidak bertanya berarti tidak memperhatikan perintah Alloh. Inilah cara memperoleh Ilmu Lahir.
Dan Ilmu Tata Bathin, Khusus syaratnya adalah sebagaimana diungkap oleh Nabi Khidir diatas. JANGANLAH KAMU BERTANYA SEBELUM AKU/GURU MENJELASKANNYA SENDIRI”
Tidak bertanya dalam belajar dan terus tekun mengikuti Sang Guru itulah berarti melaksanakan perintah Alloh.
Kalau bertanya tidak diminta bertanya maka ia melanggar perintah Alloh.
Persyaratan ini terlihat ENTENG sepintas lalu, tetapi kita akan tahu terasa begitu sulit bila dilaksanakan. Dan ini kita bisa pelajari dari perjalanannya Nabi Musa berguru pada Bun-ya alias Nabi Khidir.

 
LAILAHAILLALLOH





Ku awali dalam bagian ketiga kisah yang diberitkan Tuhan melalui wahyu Nya kepada Nabi Muhammad SAW dengan sebuah firman Nya dalam Qur’an :
“WALAQOD SHORROFANA FII HADAL QUR’AANI LINNAASI MINKULLI MASYALIN WA KAANAL INSAANU AKTSARO SYAI WIJADALAN” QS: Al Kahfi 54.
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulan-ulang bagi manusia di dalam Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan adalah manusia itu makhluk yang banyak membantah”.
NabiMusa AS bertanya kepada Tuhannya,“Ya Robbii, kaifa lii bihii?”
Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku menemui hambaMu yang lebih pandai dari aku ituأ¢â‚¬آ¦?.
Tuhanpun menjawab,” Apabila kamu ingin bertemu hambaKu yang lebih pandai dari kamu maka dia tempatnya ada di Majma’al Bahroin itu adapun caranya yaitu kamu harus pergi kesana, tetapi bawahlah ikan yang telah mati(ikan laut) dan ikan itu kamu tempatkan dalam kepis(tempat ikan) dan jika sampai pada suatu tempat ikan tersebut menghilangdari tempatnya karena hidup kembali, maka disitulah tempatnya hambaKu yang lebih pandai dari kamu.”
Kemudian Nabi Musa melakukan persiapan untuk pergi kesuatu tempat yang belum pernah ia ketahui yang namanya adalah Majma’al Baroin. Nabi Musa pun pergi ke pasar untuk membeli ikan laut yang akan dijadikan bekal dan petunjuk dimana tempatnya hamba Alloh yang lebih pandai darinya. Setelah mendapatkan ikan dan bekal yang cukup maka Nabi Musa AS berangkat bersama seorang muridnya yang bernama Yusya. Yusya ditugasi membawa bekal-bekal untuk perjalanan termasuk ikan yang ada dalam kepis.
Siapakah Yusya itu dan apa hubungan nya dengan Nabi Musa AS.
Yusya murid Nabi Musa As adalah putra dari Nun putra dari Ifrosun putra dari Nabi Yusuf As. Nabi Yusuf adalah putra Nabi Yaqub As putra dari Nabi Ishaq As.putra Nabi Ibrahim As. Jadi pemuda yang bernama Yusya itu silsilahnya bertemu di Nabi Yaqub AS.
Untuk Mencapai Bertemu Yang Diberi Anugrah Khusus Perlu Bertahun Tahun:
Alloh berfirman dalam Qur’an,” WAIDZ QOOLA MUSA LIFATAAHU LA ABROKHU HATTA ABLUGHO MAJMA’AL BAHROIN AU AMDLIYAA HUKUBAAN”
Artinya :
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya,’ aku tidak akan berhenti (berjalan), sebelum sampai ke Majma’al Bahroin (pertemuan dua lautan) atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun’. Q.S Al Kahfi/60.
Dari ayat itu Nabi Musa AS dan Yusya bertekad untuk berjalan meskipun bertahun-tahun menyusuri pantai.
Kata Hukubaan adalah jamak dari Hakibah adalah bertahun-tahun (lebih dari 80 tahun).
Inilah pelajaran bagi kita jika kita mempunyai maksud yang mulia (yang diridloi Alloh ) maka mesti punya tekad kuat dan pantang menyerah meskipun berpuluh-puluh tahun.
Dalam perjalan Nabi Muhammad SAW pun untuk mencapai hidup yang mendapat petunjuk Tuhan dilakukan kholwat bertahun-tahun sebelum wahyu itu diturunkan pada Nya.
Bagaimanakah kita ini yang bercita-cita jadi manusia yang sholih, muttaqin? Apakah cukup santai-santai saja tiada kesungguhan mencapai keridloan Alloh.
Kembali pada perjalanan Nabi Musa As dan muridnya yang telah menyusuri pantai untuk mencari tempat pertemuan dua lautan.
Didekat pertemuan dua lautan itu ada batu besar “Shokhro” (kalau batu kecil Hasho, batu sedang Hajarun). Didekat batu besar Shokhro ada sumberan air “MAUL HAYAT”. Air yang bila mengenai sesuatu yang telah mati bisa hidup kembali.
Inilah patokan yang mesti dipegang oleh Nabi Musa As. Pesan Alloh jika sampai ditempat air yang bila mengenai ikan yang akan dijadikan lauk dan bisa hidup lalu berenang ke laut itulah tandanya Majma’al Bahroin sudah dekat.
Sejak pagi kedua anak manusia itu berjalan tiada hentinya, dibawah terik matahari pun terus dijalaninya demi suatu ketinggian disisi Alloh. Di atas pasir pantai yang panas diterpa angina laut yang semilir ditemani ombak yang berkejaran terus berjalan hingga tak terasa Nabi Musa As sangat kelelahan sekali, lalu Nabi Musa As pun beristirahat dibalik bayangan batu besar Shokhro, dan terlelap tidur. Sedang pemuda Yusya tidak tertidur, ia menjaga Nabi Musa As yang terlelap keletihan keduanya lupa makan bekal yang telah disiapkan. Pada saat Nabi Musa tertidur inilah Yusya simurid Nabi Musa As mengalami kejadian ajaib.
Ikan yang akan dijadikan lauk itu melompat ke air dan hidup lalu berenang ke tengah lautan.
Yusha tertegun-tegun akan keajadian ini.
Tidak lain ikan yang mati itu terkena percikan sumber air maul hayat didekat batu itu
.
Dan Yusha pun terlupakan untuk menceritakan kejadian aneh ini kepada Nabi Musa As., sehingga keduanya terus berjalan kembali sampai jauh.
Sampai suatu ketika Nabi Musa AS teringat akan bekan makanannya untuk dimakan maka dimintanya bekal yang dibawa oleh Yusya. Dan Yusya pun baru menceritakan tentang ikan yang secara aneh melompat ke laut dan berenang, sebagai mana dikabarkan Alloh dalam Qur’an surat Kahfi :
“Maka tatkala mereka sampai ke suatu pertemuan dua lautan itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka telah berjalan lebih jauh, berkatalah Musa,” Bawalah ke mari makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
Lalu Muridnya menjawab,“Tahukah Wahai Nabi Musa, tatkala kita mencari tempat berlindung dibalik batu tadi, maka sesungguhnya akau lupa menceritakan tentang ikan itu dan tiadalah yang melupakan aku untuk menceritkan kecuali syaithon dan ikan itu mengambil jalan ke laut dengan cara yang aneh sekali”.
Maka Musa berkata,“Itulah tempat yang kita cari”. Lalu keduanya kembali mengikuti jejak kakinya semula.
Apakah hikmah dibalik kata” Majma’al Bahroin?”
Apakah hanyalah sekedar tempat pertemuan dua lautan, dimana kedua air laut itu tidak saling bercampur.
Yang satunya laut itu berasa tawar dan yang satu lagi berasa asin. Diantara dua laut itu seolah-olah ada pembatas yang tranparan, keduanya tidak saling melampaui.
Pelajaran yang dapat kita petik adalah apabila kita ingin mencapai kehidupan yang benar-benar beruntung disisi Alloh, sesuai tujuan manusia hidup maka mesti mempertemukan dua lautan ILMU. Yang kedua ilmu itu sangat jelas batas-batasnya.
Yaitu Ilmu tata lahir yang disebut Ilmu Syariat dan yang kedua Ilmu tata bathin, yaitu dikenal dengan nama Ilmu hakikat. Dengan menggabungkan kedua Ilmu itu dalam hidup kita maka kita akan menjadi benar-benar hidup.
Hidup yang hakiki. Hidup sejati.
Untuk mendapatkan Ilmu Syariat mesti belajar kepada para Ulama ahli syariat dan untuk belajar Ilmu Hakikat, maka mestilah belajar pada Ulama Ahli Hakikat.
Inilah sesungguhnya symbol Nabi Musa AS sebagai Ahli Ilmu Tata Lahir, dan Nabi Khidir AS adalah symbol Ahli Ilmu Bathin, Ilmu hakikat, Ilmu yang tersembunyi.
Bagaimana pertemuan keduanya Nabi Musa dan Nabi Khidir. Serta apa syarat-syarat belajar kedua Ilmu itu. Ikuti sambungan cerita ke-4.
Semoga dapat difahami dan membawa kepada petunjuk kepada orang-orang yang benar-benar berfikir.


 
LAILAHAILLALLOH



Bagian 2 :

Bismillahirohmanirrohim.
Tentang Tongkat Nabi Musa AS.
Bagaimanakah kisahnya kedzoliman Fir’aun ada hubungannya dengan Tongkat Musa.
Dari mulai ular sihir yang ditelan ular dari jelmaan dari Tongkat Musa.
Kawan kiranya boleh kami sampaikan tipudaya Fir’aun laknatulloh pada Nabi Musa.
Kerana kedholiman Fir’aun yang sudah menjadi-jadi, mengaku-ngaku dirinya tuhan yang tinggi “Ana robbul’ala”
Maka didatangkan banjir KUTU. Disaku baju ada kutu, kasur ada kutu, dimakanan ada kutu, dipakaian ada kutu, disetiap prabot ada kutu dan kutu. Kutu=kutu itu membuat rakyat Fir’aun berdemontrasi agar Fir’aun yang mengaku tuhan itu menghilangkan banjir kutu yang gatal dan memusingkan.
Ternyata Fir’aun tak dapat membasmi kutu-kutu itu. Meskipun telah mengerahkan bala tentaranya. Malah kutu-kutu itu bertambah banyak membuat orang menjadi gila.
Dan Fir’aun mendatangi N Musa AS dan berkata” Ya Musa, Ud’ulana Robbaka bima ‘ahida indaka la inkasyafta ‘anna rijzalanu-minanna laka wala nursilanna ma’aka banii Isrooila” أ¢â‚¬â€œ Artinya Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami pada Tuhanmu dengan perantaraan kenabian yang diketahui Alloh ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilankgan azab( banjir kutu itu )dari kami maka pasti kami akan beriman kepadamu dan membiarkan Bani Isroil pergi bersamamu.
Musa pun berdoa pada Alloh, kemudian atas perintah Tuhannya agar memukulkan tongkatnya sehingga kutu-kutu itu pun lenyap. Tetapi apa?
Fir’aun mengingkari untuk beriman kepada Musa dan Alloh SWT.
Lalu didatangkannya oleh Alloh katak hijau kelabu yang menjijikan diseluruh negri Mesir penuh dengan katak. Tidak ditadak didalam rumah atau pun diluar rumah katak katak berloncatan sangat banyaknya. Kembali Fir’au di demo rakyatnya yang takluk padanya. Meminta kalau memang Fir’aun itu tuhan maka agar mengusir katak-katak yang membanjiri negeri nya. Fir’aun kewalahan, maka dating lah ia pada Musa dan meminta menghilangkan adzab berupa katak=katak yang meraja lela dan jika bias dikabulkan maka Fir’aun beserta bala tentaranya akan beriman pada Musa.
Setelah Musa mengabulkan permintaan Fir’aun dengan berharap Fir’aun sungguh-sungguh mau beriman pada Alloh, maka dipukulkan Tongkat nya Musa ke katak-katak yang membanjir itu seketika katak=katak itu menghilang atas izin Alloh.
Fir’aun tetap ingkar, tidak beriman pada Musa. Maka Allopun mendatangkan banjir belalang, banjir darah dan juga TAUFAN. Secara berulang Fir’aun tetap tidak mau mengakui kenabian Musa meskipun telah berulang kali menunjukan Mukjizat Tongat untuk mengusir Banjir Belalang, Banjir Darah dan angina Taufan.
Dan akhir Alloh pun menetapkan nasib Fir’aun laknatulloh harus ditenggelamkan di laut bersama pasukannya.
Disini juga Tongkat Nabi Musa As, atas perintah Alloh membuat air laut terbelah menjadi 12 jalur dan menjadi dapat dilalui dengan berlari oleh Nabi Musa As dan 12 suku bani Isroil. Begitu banyak nikmat pertolongan Alloh atas bani Isroil melaui Nabi Musa As.
Bani Isroil telah diselamatkan dari penindasan Fir’aun, tetapi Bani Isroil banyak tidak bersyukur.
Maka dimulailah awal mula Alloh memerintahkan Nabi Musa As. untuk menemui Hamba Alloh yang kemudian dikenal oleh kita sebagai Khidir.
Latar Belakang Nabi Musa As. Diperintah Alloh untuk Bertemu Nabi Khidir As.
Ketika Nabi Musa As atas perintah Alloh berkhutbah dihadapan 12 suku Bani Isroil sebagaimana tertulis dalam Qur’an, ” Wahai Bani Isroil, ingatlah kamu semua akan nikmat-nikmat Alloh yang telah Alloh nikmatlan atas kamu semua? Dan Kami melebihkan atas kamu kelebihan dari umat-umat yang lain.” (Al baqoroh/47)
Sebenarnya nikmat yang mana saja yang mesti diingat oleh bani Isroil? Diantara nikmat itu adalah :
Pembebasan Bani Isroil dari perbudakan, penindasan dari Fir’aun, ini adalah nikmat terbesar, nikmat kemerdekaan bani Isroil.
Yang kedua, Bani Isroil mesti ingat waktu dikejar-kejar Fir’aun bala tentaranya, maka atas izin Alloh melalui tongkat Nabi Musa As, laut pun terbelah 12 setelah dipukul oleh Nabi Musa dengan Tongkatnya.
Yang ketiga, Bani Isroil mesti ingat atas nikmat di saat kelaparan kemudian atas permintaan seeorang diantara mereka agar meminta pada N Musa untuk mendo’a agar Alloh mendatangkan makanan dari langit. Kemudian kelaparan mereka tertolong makanan yang didatangkan dari langit atas izin Alloh.
Yang ke-empat yaitu Nikmat bagi Bani Isroil ketika mereka kehausan tak ada air maka dengan Tongkat Nabi Musa As. Dipukulkan ke BATU besar memancarlah mata air dua belas sehingga masing masing suku medapatkan satu sumber.
Bagi kita apakah kisah Nabi Musa As. Memukul batu dengan sajaroh/tongkatnya itu hanya sekedar cerita masa lalu tanpa pelajaran yang dapat dipraktekan?
Simbol apakah Tongkat Nabi Musa As itu bagi kita?
Perlambang apakah BATU besar yang dipukul dengan tongkat bisa memancarkan AIR segar menyegarkan.
Disinilah fungsi Qur’an mesti kita praktekan, sebagai pelajaran, penuntun dan petunjuk bagi orang orang yang berfikir.
Ditengah-tengah khutbahnya Nabi Musa AS dihadapan Bani Isroil itu ada salah seorang yang bertanya kepada Nabi Musa AS, dengan pertanyaannya, sebagai berikut ” WAHAI NABI MUSA, SIAPAKAH ORANGNYA YANG PALING PANDAI SEKARANG INI?”
Di jawab oleh Nabi Musa As,” AKU LAH ORANG PANDAI DIATAS BUMI INI”
Dengan pernyataan Nabi Musa inilah ALLOH maha mendengar siapa yang berkata baik dengan dilahirkan maupun didalam hatinya.
Alloh langsung menegur Nabi Musa As. Dengan firmanNya,” MUSA, ANAA LI ABDAANI HUWA A’LAMU MINKAأ¢â‚¬آ¦”
Artinya :”Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamuأ¢â‚¬آ¦”
Seperti sengat petir di siang bolong Nabi Musa mendapat teguran Alloh, dan dengan tunduk berkata,” Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku”.
Kemudian Alloh menjawab,” Hamba-Ku bisa ditemui disuatu tempat yang disebut MAJMA AL BAHROIN”.
Dari sinilah awal pencarian Nabi Musa AS untuk bertemu hamba Alloh yang lebih pandai dari nya yang kita kenal dengan Nama Nabi Khidir.

 
LAILAHAILLALLOH






BismillahirrohmanirrohimDengan nama Mu duhai Alloh, aku tuliskan kembali kisah yang penuh pelajaran bagi manusia yang telah Engkau kabarkan pada Utusan Mu, yang kucintai Nabi Muhammad mutiara jagat yang tinggi disisiMu. Yakni kisah perjalanan seorang manusia yang sangat logis Musa As, Nabi dan UtusanMu untuk menjadi pemimpin bagi keturunan Nabi Yaqub As putra Ishaq As bin Ibrohim kholilulloh.

Wassalam. 
 

Siapa Nabi Musa As dan Tongkat nya.

Dialah Musa AS yang Engkau gelari Kalimulloh.
Segenap puji tak terhingga hanya milik Alloh yang maha Tinggi, aku panjatkan rasa syukurku kepadaMU, atas wujud diriku lahir batin. Aku juga sampaikan terimakasih Alhamdulillah kepada junjungan ku Nabi Muhammad SAW cahaya yang menerangi kegelapan hati. Aku sampaikan pula Alhamdulillah rasa terimakasihku kepada pembimbingku (Mursyid) Syaikhunal Muchammad Muchtar bin Al-Haj Abdul Mu’thi, hormat ku dan taatku atas cahaya yang telah engkau warisi dari para Nabi dan ulama warosatutul ambiya..
Kisah perjalanan Nabi Musa As. sesungguhnya telah jelas terukir dalam Kitab Mu Alqur’an dalam salah satu Surat Mu untuk para manusia yang bernama Al Kahfi, pada ayat 60 sampai 82.
Mari kita buka kitab Hudalinnas surat untuk kita Al-Khafi ayat 60-82.
Aku berlindung diri kepada Mu dari tipudaya Syaithon yang dilaknat Alloh.
Siapakah Musa yang seorang Nabi itu?
Dialah seorang lelaki anak dari Imron bin Yashar dan Yashar adalah putra Lawai putra Nabi Yaqub As. Yaqub As adalah putra Nabi Ishaq As, dan Ishaq adalah putra Nabi Ibrahim As dengan Ibu Sarah.
Jadi Nabi Musa adalah masih katurunan dari Nabi Ibrahim bapaknya para Nabi.
Yang mempunyai tongkat sakti dari Tuhannya.
Kawan-kawan tentu tahu tentang TONGKAT sakti yang Nabi Musa As. miliki itu.
Tak apalah kiranya sebelum memasuki kisah pertemuannya dengan Khidir mari kita ulang ingatan kita tentang kehebatan TONGKAT SAKTI Nabi Musa As. itu.
Pertama, Tongkat Nabi Musa As itu bisa menjadi ular besar atas izinNya. Ular itu menelan semua ular-ular buatan para penyihir si Fir’aun laknatulloh yang memenuhi lapangan. Simbol apakah Ular ?
Ular seperti yang kita kenal adalah hidupnya selalu berganti kulit, nylungsumi.
Setiap kali sudah tua, maka ia kembali ganti kulit dan muda lagi.
Ular adalah hewan yang memanjang, badannya memanjang, panjang.
Simbol apakah ini?
Bagi orang-orang yang berfikir mestinya faham.
Sesungguhnya dalam penciptaan apa saja yang dibumi dan dilangit mengandung pelajaran.
Yang kedua, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan BANJIR AIR BAH
Yang ketiga, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan ANGIN TOPAN besar.
Yang ke empat, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan BANJIR BELALANG,.
Yang kelima, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan BANJIR KUTU,
Yang ke enam, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan BANJIR KATAK,
Yang ke tujuh, Tongkat Nabi Musa As bisa menghilangkan BANJIR DARAH,
FA-ARSALNAA’ALAIHIMUT TUUFAANA WAL JAROODA WAL KUMMALA, WADZ DHOFAADI’A WAD DAMA (QS.7/A’rof :133)
Artinya :
Maka Kami (Alloh) kirimkan kepada mereka (Fir’aun dan bala tentaranya) 1.TUUFAAN, 2. JAROODA (banjir belalang), 3. KUMMALA ( Banjir Kutu), 4. DHOFAADI’A (banjir katak) dan 5. AD DAMA ( banjir darah).
Yang ke delapan, Tongkat Musa bisa untuk memukul BATU keras dan dari batu yang dipukul keluar AIR yang menghidupkan (Maul Hayat).
IDLRIB BI’ASHOOKAL HAJAR, FAN FAJAROT MINHUTS NATAA’ASYROTA ‘AINA (QS.2/Al-Baqoroh: 60).
Bagaimana Tongkat Musa bisa mengusir banjir Darah, Banjir Katak, Banjir Kutu dan banjir Belalang